Saat Kau Tiada, Suamiku...


Pagi itu seperti biasanya kamu menanyakan kepadaku ingin sarapan apa.. Lalu tak seperti biasanya, kita melangkahkan kaki berdua keluar rumah untuk mencari sarapan.. Tak membawa Naira.. Buah hati kita.. 
Sepanjang jalan, lagu Andra and the backbond_ 'Sempurna' mengiringi langkah kaki kita..

Kau begitu sempurna
di mataku kau begitu indah
kau membuat diriku
akan selalu memujamu
di setiap langkahku
ku kan selalu memikirkan dirimu
tak bisa ku bayangkan
hidupku tanpa cintamu..
Perasaanku sudah tak enak sedari awal.. Sampai tiba-tiba di seberang jalan, kita menemukan banyak orang bergerombol mengelilingi pengendara motor dan mobil yang mengalami kecelakaan. 
Kita marah saat itu, karena tak ada satupun dari mereka yang menolong korban yang tergeletak, -hanya menonton hingga sang korban kehilangan nyawanya dihadapan mereka.. Suamiku, saat itu kamu berlari mendekati kerumunan.. Sambil menghimbau kepada 'para penonton' untuk segera ikut membantu, kamu menggendong salah seorang korban, berjalan, dan aku tak bisa sedikitpun bergerak dari tempatku berdiri, saat sebuah mobil tiba-tiba menerjang tubuhmu yang hendak menyeberang jalan menuju tempatku berdiri..
Aku termangu. Diam. Kemudian tak sadarkan diri...

Janganlah kau tinggalkan diriku
takkan mampu menghadapi semua
hanya bersamamu ku akan bisa...

Kubuka mata dan mendapati diriku sudah berada dirumah, kudapati orangtua kita diam dengan airmata meleleh dipipi, aku tak tau bagaimana ceritanya aku bisa sudah ada dirumah, dan bagaimana keadaanmu setelah kejadian pagi tadi, tapi dari airmata-airmata itu, aku sepertinya sudah tau apa yang telah terjadi... Jenazahmu telah dimakamkan pagi tadi, begitu kata papa..

Aku diam, sekali lagi hanya diam, bahkan tak setetespun airmata keluar dari kelopak mataku. Tapi hatiku tak bisa diam. Perasaanku berkecamuk, ingin mengamuk, Sekali lagi, aku tak sadarkan diri...

Kubuka kembali mataku, langit dari jendela kamarku menunjukkan bahwa hari sudah malam, lalu tiba-tiba ada air yang mengalir dikedua pipiku, hangat.. Bercampur kepedihan dihati. Perih. Menyayat. Gambarmu satu persatu terbayang di dinding kamar, bagai lembaran rol film usang yang sedang diputar: Kita bertemu di sebuah organisasi kemahasiswaan kampus - Kita sama-sama suka bintang iklan cilik oreo 'Afiqah' - Kita dekat selayaknya keluarga jurnalis - Bahagia - Kamu melamarku - Sangat Bahagia - Kita menikah - Teramat bahagia - Kita memiliki anak perempuan - Amat sangat Bahagia... Lalu. Kecelakaan itu terjadi. Hei suamiku.. Aku harus bagaimana??

Kupalingkan wajahku dari layar film dihadapanku, aku menangis hingga airmataku habis. Tapi suaraku tetap tak bisa keluar.. Rasanya ingin aku menjerit.. "JANGAN PERGI MAS.. ! MOHON JANGAN TINGGALIN AKU...!!!!"

Kubenamkan wajahku diboneka Pooh pemberianmu, Hatiku sakit.. Bagaimana semuanya bisa terjadi begitu cepat? Bukankah kamu telah berjanji akan menghabiskan hidup bersamaku hingga kita menua bersama? Hingga kita berjumpa lagi di-SurgaNya? Tapi, mengapa sedemikian cepat kebahagiaan ini berakhir? Hei Suamiku!!! Malaikatku!! Jawab!!!!

Maaf aku tak bisa se-tegar umi Pipik yang ditinggal Alm. Uje, Tak bisa se-tegar Siti Maryam, Siti Asiyah, atau Khaulah Binti Tsa'labah.. Rasanya aku tak sanggup lagi bernafas..
Suamiku, Saat kau tiada.. Aku hanyalah seonggok Raga tanpa Jiwa..

Perih dan semakin perih hati ini tersayat, saat teringat kembali perjalanan kita meniti keluarga setahun terakhir.. Mendaki bersama menuju puncak, bahkan dari minus.. Bahagia tiada bandingannya.. Berjuang bersama, Tertawa bersama, Bercanda bersama.. Teringat betapa tulus dan sabarnya dirimu, Seorang anak tunggal yang bahkan tak pernah mencuci baju sendiri, harus mencuci baju dan popok saat aku mual-mual hamil dan saat anakmu lahir.. Seorang anak manja yang tak suka memasak, tapi ikhlas memasak sayur bening untukku setiap pagi agar buah hatimu tak kekurangan ASI, seorang lelaki penakut yang terlalu takut menawar dan paling tak mau ke pasar tradisional, tapi rela ke pasar setiap harinya agar semua kebutuhan dapur terpenuhi..

Suamiku.. Sayangku.. Malaikatku.. Ndutku.. Ewokku.. Cintaku.. TAK BISAKAH SELAMANYA TETAP BERSAMAKU?? Aku benar-benar tak sanggup melanjutkan hidup tanpamu...!!!

Kupegang erat-erat bonekaku lalu kulempar sekuat tenaga hingga menabrak dinding, Aku menjerit. Tetap tak keluar suara. Kupecahkan semua barang di meja. Hingar. Aku menjadi teramat sangat liar. Tangisan bayi terdengar lebih kuat ditelingaku. Kemudian diam. Dan aku tak sadarkan diri untuk kesekian kali...

Entah sudah keberapa kalinya kubuka mataku hari ini, kudapati Nairaku menangis disebelahku. Sebentar terisak kemudian memasukkan jari kemulut mungilnya. Tapi Hei.. Mas?? Kini kamu ada disebelah Nairaku? Ku cubit kedua pipiku dan AwwW! Sakit!!! 

Lagi-lagi aku terisak, persis Naira.. Bedanya, kini Nairaku sudah punya mainannya sendiri hingga terdiam ditemani jari-jari, sedang aku? Seperti anak kecil bangkit ketempatmu berbaring lalu memelukmu erat, masih menangis.. Kamu terbangun, bertanya tentang apa yang terjadi. Tangisku semakin menjadi. Pelukanku takkan kulepas lagi. Kepedihan masih jelas terasa dihatiku. Sumpah Mas.. Aku tak ingin semua itu terjadi.. TAK PERNAH INGIN!!! 
Kuucap untaian syukur berkali-kali.. Terimakasih Rabb.. 
Hanya mimpi..

Kau adalah darahku
kau adalah jantungku
kau adalah hidupku
lengkapi diriku
oh sayangku kau begitu...
SEMPURNA.

28 Januari, 2016
Dengan Air Mata & Syukur tiada tara..

1 Response to "Saat Kau Tiada, Suamiku..."

Most Popular

Pengikut